Kepada Kamu, yang Namanya Tak Boleh Disebut
Tasikmalaya, 22 Januari 2013
Kepada kamu –yang namanya tak boleh disebut
Barangkali pernah ada kata “kita” untuk beberapa saat yang
lalu. Aku dan kamu, berdua meniti rasa yang mungkin terlalu dangkal kupahami
kala itu. Kupikir segala tentang “kita” benar adanya. Namun ternyata, aku
terjebak dalam dusta yang menjelma di balik balutan asmara.
Tentunya kau masih ingat bukan apa yang pernah terjadi pada
“kita”? Ah, kau tenang saja. Aku tak bermaksud mengeja kembali satu per satu
khilaf yang pernah kau mainkan untukku. Tidak sama sekali. Aku hanya perlu menuliskan
apa yang berlesakkan dalam benakku untukmu. Tak apa, bukan?
Oh ya, sakit itu sudah berlalu sekarang, meski aroma luka
itu masih dapat kucium dengan jelas. Bahkan, kenangan tentangmu pun masih selalu
berkelebat di balik ranting basah usai hujan datang. Hm, aku tak akan mengelak
jika bayanganmu memang masih dapat kutemui saat senja menghilang berganti pekat
di pekarangan. Bukan karena aku tak mampu move
on seperti yang sering dibilang orang-orang. Hanya saja, ternyata aku bukan
orang yang mudah melupakan setiap detil yang pernah “kita” lalui berdua. Entah karena
semua itu terlalu manis atau bisa jadi sebaliknya.
Kau tahu kenapa namamu tak boleh disebut? Tidak, aku tidak
membencimu. Namun, rasanya selalu ada sesuatu yang menyelisik video usang tentang
“kita” jika aku mendengar namamu disebut dan aku tak suka itu. Karena,
segalanya akan berubah hitam jika hal itu terjadi. Itu saja.
Baiklah, tak ada lagi yang perlu aku tuliskan untukmu.
Goresan singkat ini hanya sebagai penanda bahwa memang “kita” telah berlalu.
Segala mimpi beserta janji yang pernah terlontar dari beranda senyummu, kuanggap
hanya sebagai bagian dari dialog dalam drama “kita”. Sekarang drama itu usai
dipertontonkan. Dan harus kuakui bahwa kau telah memainkan peranmu dengan
baik.
Perlu kau tahu, aku tidak akan berdoa semoga kau bahagia.
Aku pun tak akan berdoa semoga kau mendapatkan seseorang yang lebih baik
dariku. Aku hanya akan berdoa semoga kau tak akan menghabiskan sisa hidupmu dalam
penyesalan. Dan semoga dalam perjalananku setelah ini, tak akan lagi kutemui
dirimu dalam rupa yang lain atau bahkan yang lebih buruk.
Komentar
Posting Komentar