Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Kepada Kamu, yang Namanya Tak Boleh Disebut

Tasikmalaya, 22 Januari 2013 Kepada kamu –yang namanya tak boleh disebut Barangkali pernah ada kata “kita” untuk beberapa saat yang lalu. Aku dan kamu, berdua meniti rasa yang mungkin terlalu dangkal kupahami kala itu. Kupikir segala tentang “kita” benar adanya. Namun ternyata, aku terjebak dalam dusta yang menjelma di balik balutan asmara. Tentunya kau masih ingat bukan apa yang pernah terjadi pada “kita”? Ah, kau tenang saja. Aku tak bermaksud mengeja kembali satu per satu khilaf yang pernah kau mainkan untukku. Tidak sama sekali. Aku hanya perlu menuliskan apa yang berlesakkan dalam benakku untukmu. Tak apa, bukan? Oh ya, sakit itu sudah berlalu sekarang, meski aroma luka itu masih dapat kucium dengan jelas. Bahkan, kenangan tentangmu pun masih selalu berkelebat di balik ranting basah usai hujan datang. Hm, aku tak akan mengelak jika bayanganmu memang masih dapat kutemui saat senja menghilang berganti pekat di pekarangan. Bukan karena aku tak mampu move on sepert

TERJEBAK DI PERAPIAN RINDU

Kueja namamu yang tak pernah mampu kusaput dengan lelehan tinta api sekalipun Kutera ceritamu di tiap halaman yang tertuang seiring lengkingan syahdu Kukenang imajimu pada bebait sajak tanpa nama Pada bulan yang di remang cahayanya ada serupa bentuk bayangmu, kubisikkan seutas rindu yang mulai layu Pada hujan yang di rerintiknya berkelebat kenanganmu, kuhaturkan salam hampa yang menjelma Ada secuil candu yang menggiring nafasku pada tungku perapian rindu ini Aku terjebak dalam batas asa yang tak terbaca oleh rupa sunyata Maka, kemanakah lagi kupalingkan untaian resah ini? Bila rasa yang tercipta tak lagi bersarang di beranda senyummu, Biarlah datangnya malam meleburkan semua fatamorgana Dan senja akan membawa kita berlabuh di dermaga keabadian Lalu memisahkannya di persimpangan arus yang tak saling bermuara