Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Bukankah, atau bukankah

Bukankah, banyak yang berharap jawaban dari seseorang? yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya "jadi, jawaban apa yang harus diberikan?" Bukankah, banyak yang menanti penjelasan dari seseorang? yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa "aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?" Bukankah, banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji "kau menungguku? sejak kapan?" Bukankah, banyak yang menambatkan harapan yang sayangnya, seseorang itu bahkan belum membangun dermaga "akan kau tambatkan di mana?" Bukankah, banyak yang menatap dari kejauhan yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain Bukankah, banyak yang menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2 yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama pun bagaimanalah akan membacanya Aduhai, urusan pe

Aku Pergi dalam Ketidaktahuan

Aku pergi dalam ketidaktahuan Entah itu hitam atau putih, Aku buta Aku pergi dalam ketidaktahuan Entah itu teriakan atau bisikan, Aku tuli Aku pergi dalam ketidaktahuan Entah itu tangis atau tawa, Aku bisu Aku pergi dalam ketidaktahuan Entah itu manis atau pahit, Aku mati rasa Aku pergi dalam ketidaktahuan Entah itu cinta atau luka, Aku hilang Kali ini aku pergi dalam ketidaktahuan Bukan mimpi ataupun angan-angan, Aku hidup kembali _Tiara Purnamasari on April 19th, 2013 at 6.20 p.m._

Lirik Yang Terdalam - Peterpean

Kulepas semua yang ku inginkan Tak akan ku ulangi Maafkan jika kau kusayangi Dan bila kumenanti Pernahkah engkau coba mengerti Lihatlah ku disini Mungkinkah jika aku bermimpi Salahkah tuk menanti *** Takan lelah Aku menanti Tak hilang Cintaku ini Hingga saat kau tak kembali Kan kukenang di hati saja Kau telah tinggalkan Hati yang terdalam Hingga tiada cinta Tersisa dijiwa ^^^^^^^^^^ Aku lepas se mua tentangmu..  Kuharap tak ada lagi yang tersisa di sini..

Cinta Pertamaku

Masih sama.. Debaran itu masih sama rasanya. Entah karena apa, kau hinggap lagi di pikiranku Membangkitkan riak-riak kenangan itu lagi Berdosakah aku bila masih mengingatmu? Aku pun tak tahu. Dan aku sama sekali tak ingin membuangmu dari memoriku ini Terlalu indah rasanya! Lalu, apa yang harus aku lakukan? Hatiku selalu saja terbagi lagi. Dan itu karenamu. Mungkin, aku hanya masih dan akan selalu mengenangmu Sebagai cinta pertamaku..... *Dulu...*

Untukmu

Tak ada lagi malam dengan tangisan kegelisahan Tak ada lagi tangisan untuk sebuah pengharapan Tak ada lagi kegelisahan untuk sebuah penantian Dan takkan ada lagi harapan-harapan yang membuatnya sedikit kokoh Dan meski semuanya takkan ada untuk sekedar menghapus keraguan, Tapi rindu ini masih tetap terjaga untuk sekedar menemani kehampaan, Dan rindu ini masih tetap tersimpan untuk satu kisah, Kisah tentang pangeran dalam hatiku..

Kepada Kamu Dengan Penuh Kebencian*

Kepada kamu, Dengan penuh kebencian. Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar. Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya? Aku benci haru

Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati,   Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari. *Sapardi Djoko Damono*

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. *Sapardi Djoko Damono*

Apa yang tidak pernah, bukan berarti

Apa yang tidak pernah tersampaikan oleh kata-kata Bukan berarti dia tidak pernah tersampaikan Apa yang tidak pernah dituliskan oleh huruf-huruf Bukan berarti dia tidak pernah dituliskan Apa yang tidak pernah dikirimkan lewat pak pos, mamang kurir, atau sekadar angin, perantara bulan purnama, bintang-gemintang Maka bukan berarti dia tidak pernah dikirimkan Apa yang tidak pernah dihamparkan di atas rumput menghijau, di atas halaman sekolah, atau sekadar di langit-langit kamar Maka bukan berarti dia tidak pernah terhamparkan Wahai, boleh jadi sungguh hal itu telah disampaikan, oleh kerling mata Boleh jadi sungguh sudah dituliskan, lewat gesture wajah Mungkin saja sudah dikirimkan, melalui simbol-simbol laksana simbol asap suku pedalaman Dan bahkan telah dihamparkan melalui semuanya, segalanya Tidakkah kau mengerti? Sungguh, apa yang tidak pernah dibisikkan oleh mulut kita Bukan berarti dia tidak pernah dipanjatkan Dipanjatkan lewat doa-doa, lewat diam, lewat keheningan hati yang terhormat

Surat untuk Jodohku

Assalamu’alaikum wr. wb. Hallo, apa kabar? Perkenalkan, aku Tiara Purnamasari. Usiaku 23 tahun sekarang. Emm.. kurasa hal-hal lainnya bisa kau tanyakan kemudian. Ini hal konyol bukan? Ya, aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus menulis surat kepadamu. Tapi, aku terinspirasi dari satu catatan yang kubaca di internet. Seorang lelaki menulis surat untuk jodohnya. Dan aku tertarik untuk melakukan hal yang sama. Hei, sedang apa kau sekarang? Dimana kau saat ini? Bagaimana hidupmu selama ini? Apa kau sedang mencariku sekarang? Ah, paling tidak apa kau sedang memikirkan aku saat ini? Tunggu, aku ingin tertawa. Bagaimana mungkin aku menulis surat ini pada seseorang yang benar-benar masih rahasia? Iya, karena aku tidak tahu sama sekali siapa yang akan menjadi jodohku. Mungkin saja aku mengenalmu, atau barangkali kita pernah bertemu. Tapi, mungkin juga kita sama sekali tak mengenal satu sama lain. Hemm..apa kau pernah berpacaran? Mencintai seorang wanita barangkali? Ah, pe

Mencintaimu

Di ujung harapku, kau berpaling sekali lagi Dalam letihnya cintaku, Kau selalu membuatku tersungkur Tapi aku yang tak tahu malu ini, Selalu mencoba menapaki apa yang kau cari. Meski terseret, terseok dan tertatih, Aku tak peduli Walau hanya penat yang aku dapat Tak pernah aku merasa sia-sia dengan ini Aku hanya ingin terus mencintaimu Karena suatu saat, ketika semua ini terhenti dengan sendirinya, aku akan melihatmu tersenyum dan meraih tanganku *masih di saat yang sama, saat ketika satu cinta memenuhi relung hatiku,,   kutulis puisi ini untuknya...