Surat untuk Mantan Kekasih Adik Saya

Tasikmalaya, 3 Desember 2013
Kepada mantan kekasih adik saya

Assalamu'alaikum warohmatulloh wabarokatuh
Hallo, apa kabar? Semoga saja kamu baik-baik saja di suatu tempat. Emm, apa kamu masih mengingat saya? Saya harap kamu memiliki ingatan yang cukup bagus. Emm, ya, saya kakak perempuan dari perempuan yang pernah mengisi hari-harimu untuk beberapa waktu dulu.

Saya sebenarnya tidak tahu harus menuliskan apa di dalam surat ini, tapi saya pernah berjanji kepada adik saya –mantan kekasih kamu– untuk menulis surat kepadamu.

Baiklah, saya awali surat ini dengan ucapan terima kasih kepada kamu. Terima kasih kamu pernah membuat hari-hari adik saya seakan berada di hamparan bunga-bunga dahlia. Terima kasih karena pernah membuat senyumnya merekah di bibirnya yang indah, walau kini jarang sekali saya temukan senyuman seperti itu tersungging di bibirnya. Terima kasih juga karena dalam waktu yang sama kamu sebenarnya sedang melakukan tipu daya yang kejam padanya.

Kepada mantan kekasih adik saya,
Sampai saat ini saya masih bingung apa yang adik saya lihat dari kamu. Saya benar-benar tidak habis pikir kenapa dia bisa mencintaimu sebegitu dalamnya. Kamu tahu? Dia belum pernah mencintai seorang pria sedalam seperti dia mencintai kamu.

Katanya, kamu memiliki semua apa yang diinginkan pria. Kamu kaya, berpendidikan, cerdas, pandai bergaul, aktif dan kreatif. Tapi saya sama sekali tidak melihat itu semua pada diri kamu. Saya bingung. Ah, tapi tentu yang namanya cinta tak hanya sekedar apa yang dilihat dan didengar. Cinta hanyalah perasaan “klik”. Bukan begitu?

Kepada mantan kekasih adik saya,
Kamu tahu jika saya menyayangi adik saya, bukan? Saya ingin tahu bagaimana perasaanmu ketika melakukan “penipuan” itu terhadap adik saya? Apa kamu tidak berpikir bagaimana perasaannya saat itu?

Saya masih ingat ketika saya menanyakan akun facebook-mu padanya. Dia bilang kamu tak memilikinya. Saya heran. Bagaimana mungkin pria seperti kamu tidak memilikinya? Itu keheranan saya yang pertama. Lalu, saya pun merasa heran saat mendengar cerita bahwa kamu telah dijodohkan. Namun saat itu kamu meyakinkan adik saya bahwa kamu sudah memilihnya dan hanya menginginkan dirinya. Jujur saja, saya mulai tak percaya padamu saat itu.

Setelah berjalan beberapa waktu, saya dikejutkan dengan adanya beberapa orang wanita yang mengirimi adik saya pesan yang menyuruhnya agar menjauh darimu. Mereka bilang bahwa mereka semua adalah gadismu. Apa itu tidak gila?
Kamu tidak tahu bukan apa yang terjadi di sini padanya?
Saat itu, adik saya pun menelusuri akun facebook para wanita itu sampai akhirnya menemukan akun facebook-mu. Dan terperangahlah dia melihat relationship status di akunmu yang menyatakan bahwa kamu telah bertunangan. Dia memberitahu itu pada saya dengan nada yang wajar dan ekspresi yang datar seolah dia baik-baik saja. Tapi saya bisa melihat bahwa ada kesedihan dari dalam matanya. Saya pun sedih melihatnya. Saya kesal kepadamu. Mengapa kamu tega berbuat itu padanya? Padahal, adik saya tak pernah melukai atau mempermainkan orang lain. Lalu, kenapa dia harus mendapatkan perlakuan seperti itu darimu?

Saya berani bilang kamu tak berperasaan.
Ketika adik saya sibuk menghubungimu untuk meminta penjelasan darimu, kamu malah sembunyi entah di mana. Ponselmu malah kamu berikan pada tunanganmu itu. Kamu membuatnya limbung dan risau. Kau tahu? Nilai-nilainya turun drastis pada saat UAS semester pertama. Untungnya, dia berani mengambil keputusan untuk memutuskanmu secara sepihak dan melepaskanmu walaupun itu tidak berarti dia bisa melupakanmu dengan mudah.

Hari-harinya setelah itu seakan tidak bergairah. Semangatnya naik turun dan timbul tenggelam. Ia pun enggan membuka hati untuk pria-pria yang mendekatinya. Saya benar-benar khawatir padanya. Saya selalu memberikan ia semangat untuk move-on agar kuliahnya tidak terbengkalai. Saya tidak mau jika dia masih mencintaimu dan menginginkanmu. Adik saya terlalu baik untuk kamu. Kamu menyadarinya, bukan?

Ah ya, sebenarnya saya masih ingin bercerita kepada kamu, tapi saya kira cukup sampai di sini saja. Saya mungkin sudah bercerita telalu banyak.

Sebagai akhir dari surat ini, sekali lagi saya ingin berterima kasih kepada kamu atas apa yang kamu lakukan terhadapnya. Saya yakin itu semua menjadikan dia lebih kuat. Dia pasti bisa belajar banyak hal dari kejadian itu. Dan yang terpenting, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria yang lebih baik darimu untuk adik saya.

Terima kasih. Semoga apa yang sudah kamu lakukan bisa membuat hidupmu bahagia di dunia yang bisa saja berbahaya bagi kamu.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Dari kakak perempuan mantan kekasih kamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Love Sparks in Korea Karya Asma Nadia

Kenapa (Saya) Tak Menulis?

Carilah Sahabat dan Berbuat Baiklah Padanya!